|
|
Gaby
adalah
seorang perempuan yang childish dan
telmi(telat mikir). Sekarang ia kelas 3 SMP. Di suatu hari minggu, Gaby beserta
sahabat baiknya, Via, mengunjungi taman yang berada di dekat rumah Gaby.
Sesampainya di sana, Gaby langsung membeli es krim coklat kesukaannya,
sedangkan Via melihat-lihat stand
yang ada di situ, karena setiap hari minggu ada bazaar. Saat hendak menghampiri
Via, tiba-tiba Gaby di tabrak seseorang. Mengakibatkan es krim yang di bawa
Gaby jatuh. “Heh! Gantiin nih es krim aku!!” seru Gaby. “Dih? Kok jadi elo yang
marah sih?! Liat nih baju gue! Kotor!” balas cowok yang menabrak Gaby tadi. Air
mata Gaby mulai menggenang. Cowok tadi pun langsung panik. “Eh? Loe kenapa? Kok
nangis?!” tanya cowok itu panik. “Gak bisa makan es krim…” jawab Gaby. “Ja….
jangan nangis! Gue ganti deh es krim loe!” ucap cowok tersebut. “Tapi 3 ya!”
seru Gaby. “Apa?! 3?!” “Gue nangis nih!” “Jangan, jangan!! Oke gue beliin, tapi
jangan nangis!” seru cowok tersebut. “Asyik!!” kata Gaby senang.
*****
“Via!
Aku dapet 3 es krim dooongg!” seru Gaby senang sambil menghampiri Via yang
sedang melihat-lihat baju. Via langsung menoleh ke arah Gaby. “Astaga, Gaby!
Nanti sakit! Jangan banyak-banyak dong!” seru Via sambil mengambil 2 es krim
punya Gaby. “Tapi….” “Gak ada tapi-tapi-an! Satu kan udah cukup!” marah Via.
Gaby hanya cemberut melihat Via membuang es krimnya. “Via jahat!” seru Gaby
sambil tetap cemberut. “Kamu mau ketemu dokter? Nanti di suntik lho!” ancam
Via. Mendengar kata suntik, Gaby langsung ketakutan, “Enggak mau…” “Makanya
makan 1 aja!” ucap Via. Gaby pun hanya pasrah.
*****
Keesokannya,
kelas Gaby mempunyai anak baru, ternyata anak baru itu bernama Eric, cowok yang
menabrak Gaby kemarin.
*****
Setelah
istirahat, Murid-murid langsung kembali ke kelasnya. Saat Gaby membuka tasnya…
“AAAHHHHH!!!!!!!!!” Gaby langsung loncat dari bangkunya karena ketakutan.
Ternyata di dalam tasnya ada ulat. Mendengar teriakan Gaby, Via langsung
buru-buru menghampiri Gaby karena Gaby dan Via tidak sebangku. “Kenapa, Gab?”
tanya Via. Gaby hanya menunjuk ke arah tasnya. Tiba-tiba terdengar suara tawa
Eric. “Napa loe tawa?!” tanya Via sambil memelototi Eric. “Masa sama ulat aja
takut! Hahahaha!” jawab Eric sambil tertawa. Tiba-tiba Gaby keluar dari kelas.
Via langsung menghampiri Eric dengan marah. “Kurang ajar ya loe! Gaby itu
phobia sama ulat tau! Sekali dia liat ulat, dia gak mau makan 3 hari!” Via
langsung menyusul Gaby. Mendengar perkataan Via tadi, Eric langsung berhenti
tertawa. Murid seisi kelas memandangi Eric. “Napa loe semua liat gue? Gue
ganteng ya?” tanya Eric. “Semua murid juga tau kalo Gaby phobia ulat.” ucap
salah satu murid. Semua murid kecuali Eric pun kembali mengerjakan tugas
mereka. Kok tiba-tiba gue merasa bersalah
gitu ya? batin Eric.
*****
Sepulang
sekolah, Via menghampiri Gaby yang sedang ada di pintu gerbang. “Gaby, lu gak
papah?” tanya Via. “Gak tau.” jawab Gaby sambil terus manyun. “Jangan gitu
dong. Gue jadi khawatir nih.” ucap Via. “Lagian! Si Eric jelek itu iseng
banget!” balas Gaby. “Maafin ajalah dia. Dia kan anak baru.” kata Via.
“Lagipula dia udah gue marahin kok!” lanjut Via. Gaby masih cemberut. Lalu
datanglah Kak Ricko, kakaknya Gaby dengan motor balapnya. “Gaby, ayo pulang!”
seru Kak Ricko setelah membuka helm-nya. “Hari ini Kak Ricko ganteng banget…”
tak sengaja Via mengucapkan kata-kata itu. “Kamu suka?” tanya Gaby. “Apa?! Tadi
gue bilang apa?!” tanya balik Via. “Kak Ricko ganteng.” jawab Via. “Aduh….
Jangan bilang-bilang yaa…” kata Via panik. “Mangnya salah ya?” tanya Gaby.
“Enggak sih…. Tapi jangan bilang-bilang ya…” Gaby hanya mengangkat pundaknya
lalu menuju Kak Ricko. Setelah Gaby pergi beberapa saat… “Pulang ahh..” “Via,
tunggu!” seru seseorang. Via pun membalikkan badannya. Ternyata itu adalah
Eric. “Kenapa? Mau tanya kelemahan Gaby?” tanya Via jutek. “Jutek amat sih! Gue
malah pengen nanya kesukaan-nya Gaby!” jawab Eric. “Apa?!” tanya Via kaget.
“Gak usah kaget gitu kali!” seru Eric. “Loe suka ya???” pancing Via.
“Suka??!!!” Eric termenung sejenak. “Ya elah jujur aja kali! Toh, si Gaby gak
ngerti apa-apa tentang cinta.” ucap Via enteng. “Maksud loe?” tanya Eric. “Gaby
itu childish. Paling yang dia tau
cuman boneka, kartun, permen, sama barang kesukaan dia, es krim coklat!” jawab
Via. Eric tersenyum puas, “Thanks ya.” Eric pun meninggalkan Via. “Sama-sama.
Lho? Thanks untuk apa? Tadi gue ngomong apa ya?”
*****
Keesokannya,
tepatnya saat istirahat. Eric pun menghampiri Gaby yang tengah memakan
bekalnya. “Gaby, gue minta maaf ye soal kemaren.” ucap Eric. “Gak!” seru Gaby
sambil cemberut. “Ini sebagai kado permintaan maaf gue.” Eric pun menyodorkan
sebuah bungkusan dan Gaby membukanya. “Ih! Swipper jahat! Dia kan suka curi
barang Dora!” seru Gaby sambil menjauhkan hadiah dari Eric. “Jadi elo gak mau
nerima?” tanya Eric. “Enggak ah! Nanti dia curi Pinky lagi!” jawab Gaby.
“Pinky? Siapa tuh?” tanya Eric. “Boneka aku.” jawab Gaby polos. Eric pun
mengacak-acak rambut Gaby dengan gemas. “Apaan sih?!” tanya Gaby berontak. “Ini
tuh boneka, Gaby! Di pukul-pukul pun pasti gak bakal gerak!” jawab Eric. Gaby
pun memukul-mukul boneka yang ada di hadapannya. “Eh iya! Gak gerak!” seru
Gaby. “Sekaraang loe mau kan terima kado gue?” tanya Eric. Gaby hanya
mengangguk sambil memeluk boneka dari Eric. Kenapa
ya tiap ngeliat dia gue ngerasa seneng gitu. batin Eric. “Eh, Gaby, boneka
dari siapa tuh?” tanya Via tiba-tiba. “Gue…. Pergi dulu ya.” Eric langsung
buru-buru meninggalkan Gaby dan Via. “Dari Eric ya?” tanya Via lagi. “Iya.”
jawab Gaby. “Jangan-jangan bener lagi!” seru Via. “Benar apanya?”
*****
Pada
hari sabtu. “Gaby! Ada yang sms kakak. Katanya jam 2 siang nanti Eric jemput
kamu.” Ucap Kak Ricko sambil menghampiri Gaby yang sedang makan coklat. Gaby
memang tidak punya hape, karena dia gak ngerti cara pakainya =,=. “Ngapain?” tanya Gaby. “Kamu gak tau?!
Kakak kira kamu pacarnya Eric.” jawab Kak Ricko. “Pacar?!” tanya Gaby kaget.
“Mang kenapa? Dia ganteng kok. Kakak pernah liat dia di rumah temen kakak. Dia
adik temen kakak.” kata Kak Ricko. “Masalahnya aku gak tau arti kata ‘pacar’”.
*****
Ting
tong. “Aku yang buka pintunya.” ucap Gaby sambil berlari ke arah pintu. Saat
pintu di buka, terlihat Eric sedang membelakangi Gaby. “Kamu Eric ya?” tanya
Gaby. Eric langsung membalikkan badannya. “Lho? Ngapain kamu di sini?!” tanya
Gaby. “SMS nya gak nyampe?” tanya balik Eric. “SMS itu apa?” tanya lagi Gaby.
Eric hanya menghembuskan nafasnya. “Itu gak penting. Sekarang elo ganti baju
dulu.” ucap Eric. “Ngapain sih?” tanya Gaby. “Gue denger ada sirkus di daerah
ini. Jadi….” “Sirkus?! Tunggu bentar ya!” suruh Gaby senang sambil melesat ke
arah kamarnya.
*****
Gaby
hanya bertepuk tangan melihat aksi para monyet sirkus. “Jadi kamu suka sirkus ya?”
tanya Eric. “Iya. Soalnya waktu kecil aku suka ke sirkus bareng orang tua ku.
Sejak orang tuaku sibuk, jadi jarang ke sirkus.” jawab Gaby tetap serius
menonton pertunjukkan. Lagi-lagi para penonton bertepuk tangan melihat aksi
para monyet sirkus. Eric hanya tersenyum kepada Gaby. Dasar childish.
*****
Keesokannya,
Gaby menghampiri Via yang sedang duduk di bangku taman sekolah. “Via, hari
sabtu kemarin aku sama Eric ke sirkus lho!” seru Gaby sambil duduk di sebelah.
Via langsung duduk tegak. “Trus? Gimana?” tanya Via. “Ternyata Eric gak
senyebelin yang aku kira. Dia orangnya baikkkk banget! Aku sampai di beliin es
krim coklat sama boneka!” jawab Gaby.
“Tapi anehnya kok jantung aku deg-degan ya kalau dekat dia.” ucap Gaby.
“Akhirnya Gaby jatuh cinta.” kata Via. “Maksudnya cinta anaknya uya kuya
jatuh?” tanya Gaby. Via hanya menepuk jidatnya. “Bukan begitu.” jawab Via.
“Pokoknya Cinta itu muncul kalau di dekat orang yang kita suka.” lanjut Via.
“Jadi kalau aku deket Eric Cinta Kuya dateng?” tanya Gaby. “Engg…. Kita
bicarain yang lain aja ya?”
*****
Beberapa
bulan kemudian, Eric dan Gaby menjadi teman akrab. Di suatu sore, Via di sms
Kak Ricko. Isinya=
‘Vi,
kakak mau ngucapin terima kasih sama kamu. Si Gaby sering banget cerita tentang
kamu. Sebelum ketemu kamu, dia gak punya teman karena sifat dia yang terlalu Childish dan telmi. Sebenarnya kakak
udah suka kamu 2 tahun yang lalu, tapi kakak pendam rasa suka kakak karena
kakak kira kamu cuman manfaatin Gaby, ternyata enggak. Jadi intinya kamu mau
gak jadi pacar kakak?’
Setelah
membaca kalimat terakhir sms tersebut, pipi Via merasa panas. Dengan cepat Via
membalas, ‘Mau banget… Heheh’.
*****
Ting
tong. “Nah! Eric dah dateng!!” seru Gaby sambil menuju ke arah pintu. “Eric,
kita jadi kan ke puncak?” tanya Gaby tidak sabaran. “Iya, tapi kita tunggu dulu
si Via.” jawab Eric. “Kak Ricko jadi ikut?” tanya Gaby. “Jadi kok.” ucap Kak
Ricko tiba-tiba. Bersamaan dengan itu Via datang. “Gue telat ya?” tanya Via.
“Nah, Via dah dateng. Ayo berangkat!!” seru Gaby semangat.
*****
Beberapa
jam kemudian, mereka sampai di Villa punya kakeknya Via. “Gue mau jalan-jalan
sama pacar gue dulu ya.” ucap Kak Ricko, membuat pipi Via memerah. “Kapan elu
berdua jadian?” tanya Eric. “Ada deh.” ucap Kak Ricko. “Gue kasih waktu buat lu
berdua.” Kak Ricko langsung menarik tangan Via. “Ayo.” Eric merasa gugup.
Walaupun dia sering menembak cewek, namun entah kenapa baru kali ini ia gugup.
Eric pun menghampiri Gaby yang sedang memandangi pemandangan gunung.
“Pemandangannya bagus ya?” tanya Eric basa-basi. Gaby hanya mengangguk. “Loe…..
Loe… Loe mau gak jajadi pacar gue?” tanya Eric gagap. Ya, baru kali ini Eric
tergagap saat menembak cewek. Gaby hanya menggeleng. “Jadi gue di tolak?” tanya
Eric kecewa. “Bukan begitu.” ucap Gaby. “Aku masih gak ngerti kata
‘pacar’.” !$%*&3$*