Kamis, 23 Agustus 2012

Girls vs Boys -cerpen-


Teman-teman Lina berusaha untuk menenangkan Lina yang tengah kesal dengan grup cowok di kelasnya. Walaupun sekelas, perempuan dan laki-laki pasti tidak pernah akrab. “lepasin gue! Sini, gue beri pelajaran ntu anak kambing!” seru Lina sambil memberontak. “hahahaha! Coba kalo bisa!” tantang Andi, pemimpin dari grup cowok yang kini sedang berhadapan dengan geng Lina. Kemarahan Lina kini makin memuncak setelah mendengar kata-kata Andi tadi. “ayo, guys.” ajak Mitha seperti memberi sebuah isyarat kepada anak buahnya geng Lina. Mereka pun hanya mengangguk dan membawa Lina menjauhi grup Andi. “lepasin gueeeee!!!!!! Biarin gue beri pelajaran sama ntu anak!” marah Lina. Andi pun hanya tertawa mengejek.

“ini, lo minum dulu.” suruh Sandy sambil memberi Lina sebuah gelas yang berisi air dingin. Lina pun menghabiskannya dengan cepat. “lo pada napa sih tadi nahan gue buat nonjok itu anak?!” tanya Lina sambil marah-marah. “tambah air dingin lagi!” pinta Mitha. “pertanyaan gue gak di jawab!” seru Lina. “lagian sih! Kalo misalnya lo tonjok Andi, pasti urusannya bisa ke kepala sekolah! Lu kan tau, Andi anak kepala sekolah. Bisa-bisa lu di skors tuh!” kata Sandy memperingatkan. “ini air dinginnya.” kata salah satu anak buah geng The Girliez, geng milik Lina. Sandy pun mengambil air minum itu lalu di berikan kepada Lina. Lagi-lagi Lina menghabiskan cepat minuman tersebut. “awas aja, gue pasti bakal bales dendam sama itu anak manja!” ancam Lina. “udahlah, lu duduk manis aja, karma pasti menghampiri Andi kok.” kata Sandy tenang. “tapi kapan?! Udah sering derajat cewek di kelas kita di rendahkan! Mana bisa gue diam aja?! Sekarang kan era emansipasi wanita!” seru Lina yang tidak setuju dengan perkataan Sandy. “tapi lo kadang suka gak pikirin secara matang akibatnya. Harusnya elo pikir-pikir dulu dong nanti akibatnya gimana.” Mitha memperingatkan. Lina hanya dapat diam dan cemberut.

Pada saat olahraga. “hari ini kita akan belajar bermain kasti. Sekarang cepat kalian bagi kelompok!” suruh guru olahraga, Pak Guntur. Namun anak-anak tersebut hanya diam. “kenapa kalian hanya diam?” tanya Pak Guntur. “langsung main aja pak! Kelompoknya udah di bagi!” jawab Sandy dengan keras. Permainan pun di mulai. Ternyata kelompok cewek kalah 1 skor dengan kelompok cowok. “halah! Cewek mah gak bisa olahraga!! Harusnya cewek itu sekarang di dapur!!!” Andi berteriak sambil tertawa mengejek, di ikuti tawa teman-teman se-gank nya. “ini belom berakhir!” sahut Lina marah. “sabar-sabar.” ucap Mitha. “yang merasa kelompok gue, ayo kumpul!” suruh Lina. Lina pun membisikkan sesuatu kepada kelompoknya, membuat penasaran kelompok Andi. “oke, jelas ya?” tanya Lina. Anggota kelompok lainnya pun hanya mengangguk. Permainan pun di mulai lagi. Bagian memukul sekarang adalah April. Saat bola melayang ke arahnya, April memukul bola itu dengan sangat keras, hingga bola itu terpental sangat jauh. April pun berlari sekencang-kencangnya. “eh, bolanya mana???” tanya Rangga bingung. “kayaknya ke pental jauh tuh, nih, pake bola ganti aja.” saran Sandy. Rangga pun mengambil bola tersebut. Bola itu pun segera di lemparkan ke arah Fanny. Namun, saat bola melayang… “eh, eh! Duit siapa tuh?” tanya Sandy sambil menunjuk ke bawah. Semuanya pun langsung menunduk ke bawah. “mana? Gak ada!” sahut Juan. Semuanya pun kembali tidak menunduk ke bawah. Namun Fanny sudah berada di pos 1, sedangkan April di pos 2. “lho? Kok si Fanny udah di pos 1?!” protes Andi. “ya iyalah di situ! Siapa suruh tadi pada nunduk? Percaya aja lu kata-kata Sandy!” kata Lina sambil tertawa puas. “awas ya lu! Gue balas lu nanti!” ancam Andi. Kini giliran Lina. Bola pun di lempar ke arah Lina, saat bola menghampiri Lina, Lina sudah memukul bola tersebut dengan keras, namun bola itu malah melesat ke kanan. Alhasil Lina hanya bingung melihat bola itu. Tiba-tiba bola itu mengenai Lina. “bagus! Control ball punya lu manjur juga ternyata!” puji Andi. “iya dong!” seru Alfi bangga. Sialan! Ternyata ntu si kutu kupret pake cara curang?! Hmph! Belom tau gue siapa. batin Lina. Lina pun berkedip sebelah mata ke arah Mitha. Mitha pun membaca kode dari Lina. Lalu Mitha membisikkan sesuatu ke Fira. “what?! Gak salah tu orang?!” tanya Fira kaget. “gak tau. Lina kan gak mungkin kasih salah kode.” jawab Mitha. Kini Fira yang melempar bola, sedangkan yang memukul Andi. “nih bolanya.” ucap Alfi. “gak usah repot-repot! Ini gue ada.” kata Fira sambil menunjukkan sebuah bola yang berada di tangannya. “tapi… tapi…”. “ngapain lo di sini? sono pergi.” usir Fira. Fira pun langsung melempar bolanya. Udah bergaya ala pelempar professional, ternyata bola tersebut tidak terlempar jauh, sayang Andi tadi sudah memukul angin, Andi pun harus berlari. Sayang, bola tersebut mengenai Andi. PRITTTTTT!!!!!!!!!!!!!!! Peluit dari pak Guntur berbunyi, tanda permainan sudah selesai. Sorakan kemenangan dari kelompok putri pun bergema di sekeliling lapangan.

Dan saatnya pelajaran matematika. “yang maju ke depan, nilai yang kosong akan ibu isi dan ibu tuntaskan.” kata bu Harti. Lina pun berlari untuk mendapatkan spidol, namun di waktu bersamaan, Andi juga mendapatkan spidol itu. “ ciiieeeeeeeeeeeeee!!!!!!!!!!!!!!!!!” sorak teman-teman sekelas. “ngapain lo pegang tangan gue?!” tanya Lina marah. “idih najis!” Andi pun segera melepaskan pegangannya. Saat Lina menuju papan tulis, tiba-tiba spidolnya di rebut Andi. “sini kasih spidolnya ke gue!!” suruh Andi. “no way busway!” tolak Lina. Andi dan Lina pun saling berebutan spidol. “gak ada spidol lagi?” tanya bu Harti. Semua murid pun saling bertukar pandangan. “udah-udah. Daripada kalian ribut, kalian suit!” suruh bu Harti. Andi dan Lina pun menyetujui saran tersebut. Suit pun di menangkan oleh Lina dengan senjata gunting, sedangkan  Andi kertas, namun tiba-tiba senjata Andi di ubah menjadi batu. “heh? Mana bisa begitu?!” protes Lina. “bisa lah!” balas Andi. Andi pun segera merebut spidol dari Lina. Lina hanya bisa kembali ke tempat duduknya dan marah-marah dalam hatinya.
Hari-hari di kelas itu berlangsung dengan perdebatan Lina dan Andi, hingga suatu hari ada pelajaran IPA. Semua anak cowok, termasuk Andi, yang ada I kelas itu tidak mengerjakan tugas. Padahal guru IPAnya di kenal sangat killer. “gimana nih? Bisa di marahin bokap gue nih!” tanya Andi panik. “terpaksa kita minta bantuan ke anak cewek.” ucap Juan. “apa?! Gila lu, mana harga diri kita sebagai cowok?! Gak mungkin ah!” tolak Andi. “daripada nanti kita di hukum? Emang lu mau di hukum sama di marahin sama bokap lu?” tanya Alfi. Andi berpikir sangat keras terhadap saran Juan.

“plisss…… Tolongin gue ya..” mohon Andi kepada Lina. “mau aja apa mau banget?” tanya Lina. “sumpah deh! Gue gak bakal ngatain dan remehin anak cewek lagi. Mau ya bantuin gue?” tanya Andi. Lina masih terdiam. “kita gimana?” tanya gank Andi. “ya lu minta ke lainnya aja nanti!” suruh Andi. “No! Kita gak bakal ngasih contekan ke lu semua!” tolak Sandy. Andi pun melihat ke arah jam. “yaah?! 10 menit lagi pelajaran IPA di mulai!! Lin, plis banget banget banget ijinin gue nyontek anak buah lo dongg!!” seru Andi memohon. “gak.” jawab Lina.“plissssssssssss……. Ya udah. gue bersumpah, gue tidak akan mengganggu, merendahkan, mencemooh, dan melakukan perbuatan tercela lainnya kepada perempuan.” . “ya udah! Mit! Udah di rekam?” teriak Lina. “dari awal gue udah rekam!” jawab Mitha. Tawa pun meledak dari kawanan cewek. “ya udah, mana contekannya?” tagih Andi. “girls! Kasih mereka contekan!” suruh Lina.

Sejak kejadian itu, cewek dan cowok di kelas itu sangat kompak dalam hal apapun, termasuk dalam hal contek mencontek.

TAMAT
Cerita ini hanya cerita karangan. JANGAN DI ANGGEP SERIUS!


Created by: Jenny N.S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar